Dari Sampah Jadi Berkah: H. Tarya Witarsa Dukung Inovasi Maggot untuk Lingkungan dan Ekonomi Warga

 


HAJI TARYA CENTRE.COM.Kab Bandung - Isu pengelolaan sampah, khususnya sampah organik, terus menjadi tantangan yang dihadapi hampir seluruh wilayah Indonesia. Di tengah kompleksitas permasalahan tersebut, muncul berbagai solusi kreatif yang mengusung semangat inovasi, kolaborasi, dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu solusi yang kini kian mendapat perhatian adalah budidaya maggot, atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF), sebagai metode pengolahan sampah organik yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomi tinggi.

Dalam semangat mendukung gerakan tersebut, H. Tarya Witarsa, S.Ag, Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, menghadiri dan berdiskusi langsung bersama Paguyuban Maggot Kabupaten Bandung, sebuah komunitas yang fokus pada edukasi dan pengembangan budidaya maggot sebagai solusi pengelolaan limbah rumah tangga, khususnya sampah organik.

Budidaya Maggot: Solusi Nyata dan Berkelanjutan

Diskusi yang berlangsung penuh semangat dan kekeluargaan ini membahas bagaimana potensi budidaya maggot bisa dikembangkan secara masif di berbagai kecamatan di Kabupaten Bandung. Dalam forum tersebut, H. Tarya menyampaikan apresiasinya kepada para penggerak komunitas yang sudah melangkah lebih dulu dalam menghadirkan solusi nyata terhadap masalah lingkungan.

“Kami melihat ini bukan hanya soal sampah, tapi soal perubahan pola pikir. Maggot adalah teknologi sederhana yang membawa dampak besar, baik bagi lingkungan maupun ekonomi masyarakat,” ujar H. Tarya.

Maggot BSF dikenal mampu mengurai sampah organik dengan sangat cepat, bahkan 1 kilogram maggot dapat mengonsumsi hingga 2 kilogram sampah organik per hari. Proses ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan larva yang bernilai ekonomis tinggi sebagai pakan ternak dan pupuk alami.

Kolaborasi Masyarakat dan Pemerintah

Dalam diskusi tersebut, muncul kesadaran bersama bahwa keberhasilan program seperti ini membutuhkan dukungan lintas sektor. H. Tarya menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat luas untuk mengembangkan sistem pengelolaan sampah berbasis maggot.

“Kita butuh sinergi. DPRD akan siap mengawal kebijakan dan anggaran untuk pengembangan sistem seperti ini. Tapi masyarakat juga harus bergerak, komunitas harus terus menyebarkan edukasi dan praktik baik,” tegasnya.

Paguyuban Maggot Kabupaten Bandung sendiri telah memulai pelatihan dan edukasi di beberapa desa, menyasar rumah tangga, sekolah, dan kelompok tani agar mulai membiasakan pemilahan sampah dan mengolah sampah organik menggunakan maggot.

Edukasi sebagai Kunci Perubahan

Dalam forum yang berlangsung lebih dari dua jam ini, berbagai cerita sukses dari anggota paguyuban pun disampaikan. Mulai dari ibu rumah tangga yang kini memiliki penghasilan tambahan dari penjualan maggot, hingga kelompok tani yang berhasil menekan biaya pakan ternak mereka. Hal ini semakin memperkuat keyakinan bahwa gerakan ini bukan sekadar kampanye lingkungan, tetapi juga mampu menjadi gerakan ekonomi kerakyatan.

H. Tarya menambahkan bahwa perlu ada perhatian lebih dari pemerintah daerah untuk memperkuat sisi edukasi. Menurutnya, edukasi adalah kunci agar praktik budidaya maggot bisa diterima oleh lebih banyak warga.

“Kita perlu masuk ke sekolah, ke pesantren, ke kampung-kampung. Karena ketika masyarakat tahu dan mencoba sendiri, mereka akan paham bahwa ini mudah dan menguntungkan,” ujarnya.

Menuju Kabupaten Bandung yang BEDAS

Gerakan pengelolaan sampah melalui maggot sejalan dengan semangat BEDAS yang diusung oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, yaitu Bersih, Edukatif, Dinamis, Agamis, dan Sejahtera. Dalam konteks ini, program maggot merupakan manifestasi dari komitmen menuju Kabupaten Bandung yang bersih dan sejahtera, dimulai dari akar rumput.

H. Tarya juga menyatakan bahwa DPRD, khususnya Komisi C yang ia pimpin, akan terus memperjuangkan anggaran dan regulasi yang mendukung upaya-upaya inovatif masyarakat seperti ini.

“Ini harus menjadi gerakan kolektif. DPRD dan pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Tapi jika digerakkan bersama, maka program seperti budidaya maggot ini akan menjadi bagian dari solusi lingkungan jangka panjang,” tutupnya.

Diskusi antara H. Tarya Witarsa dan Paguyuban Maggot Kabupaten Bandung hari ini menjadi pengingat bahwa di balik tumpukan sampah, terdapat peluang besar untuk perubahan. Dari limbah rumah tangga yang dulunya menjadi beban, kini bisa menjadi berkah melalui inovasi budidaya maggot.

Dengan kolaborasi, edukasi, dan dukungan kebijakan yang berkelanjutan, Kabupaten Bandung berpotensi menjadi pelopor daerah yang berhasil mengatasi persoalan sampah dengan pendekatan yang inklusif, berdaya guna, dan berpihak pada masa depan lingkungan.

Semoga semangat hari ini terus menular ke seluruh penjuru desa, kecamatan, dan kota — agar sampah bukan lagi masalah, tapi menjadi awal dari solusi.

Admin HTC
Admin HTC Pengelola HajitaryaCentre.com, berbagi informasi, dan berbagai topik menarik

Posting Komentar untuk "Dari Sampah Jadi Berkah: H. Tarya Witarsa Dukung Inovasi Maggot untuk Lingkungan dan Ekonomi Warga"